Di Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Seloliman, Trawas, Mojokerto, martabak daun melinjo atau daun so menjadi salah satu hidangan khas. Di sini, martabak ini bukan hanya sekadar makanan, tetapi juga simbol pelestarian bahan pangan lokal dan penerapan prinsip-prinsip keberlanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam.
PPLH Seloliman dikenal dengan upayanya untuk mendukung keberagaman hayati dan pemanfaatan penggunaan bahan-bahan lokal yang berkelanjutan.Daun melinjo, yang sering dianggap sebagai bahan makanan lokal yang terlupakan, digunakan secara optimal dalam pembuatan martabak ini. Di kebun-kebun organik yang dikelola PPLH Seloliman, daun melinjo ditanam dengan metode pertanian ramah lingkungan, bebas dari pestisida dan bahan kimia berbahaya.
Proses pembuatan martabak daun melinjo di PPLH Seloliman dimulai dengan pemilihan daun melinjo muda yang segar. Daun ini dicuci dengan hati-hati untuk memastikan kebersihannya, kemudian dicincang halus dan dicampur dengan bumbu alami seperti bawang merah, bawang putih, dan rempah-rempah lokal lainnya. Campuran ini lalu dimasukkan ke dalam adonan berbasis tepung dan telur. Setelah itu, adonan daun melinjo, tepung dan telur digoreng dengan metode api sedang untuk menjaga rasa dan tekstur.
Martabak daun melinjo yang diolah di PPLH Seloliman tidak hanya lezat, tetapi juga mencerminkan prinsip keberlanjutan. Hidangan ini sering disajikan dalam berbagai acara di pusat pelatihan, termasuk workshop, seminar, dan kegiatan komunitas, sebagai cara untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya menggunakan bahan lokal dan mendukung pertanian berkelanjutan.
Olahan pangan berbahan alami seperti martabak daun melinjo karya Resto Alas PPLH Seloliman turut melestarikan resep tradisional sambil mengintegrasikan nilai-nilai lingkungan yang penting. Martabak ini menjadi jembatan antara kuliner lokal dan kesadaran lingkungan.(*)
1 Komentar
Pingback: Sambut Tahun Baru dengan Staycation di Ecolodge Seloliman | selolimanecolodge.id